Monday 3 January 2011

Pelapisan dan Kesamaan Derajat

Stratifikasi Sosial

Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok social, itu yang disebut sebagai pelapisan social atau Stratifikasi Sosial.

Didunia ini baik kita sadari maupun tidak manusia telah terbagi atas beberapa kelompok social, baik itu berdasarkan kekayaan, kekuasaan, kehormatan atau pendidikan. Contoh umumnya bisa kita lihat di dalam organisasi pemerintahan, organisasi partai politik, perusahaan besar, perkumpulan-perkumpulan resmi.

Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut :
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan,tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan seseorang.
b. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yangmenerima anugerah penghargaan/ gelar/ kebangsawanan, dan sebagainya.
c. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
d. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah\ laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
e. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
f. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat.

Persamaan Derajat Antara Pria dan Wanita

Kebebasan wanita dalam berbagai hal masih sangat terbatas, itu semua karena adanya perbedaan derajat kaum wanita dengan kaum pria. Hal ini sudah banyak di perdebatkan tapi sampai sekarang kebebasan wanita masih dipertanyakan.

Di beberapa Negara sebenarnya sudah memberikan kebebasan kepada para wanita, contohnya saja kini sudah banyak wanita yang bekerja seperti pria baik di perkantoran atau di pabrik. Tapi sebenarnya haruskah persamaan derajat ini dipermasalahkan?

Sebenarnya setiap manusia sudah memiliki kewajiban dan hak mereka masing sejak lahir baik mereka sebagai pria atau wanita. Awalnya perbedaan derajat ini dianggap sebagai sesuatu yang mutlak dan di terima begitu saja karena sudah dianggap sebagai kebiasaan, namun wanita merasa dikucilkan dan dianggap lemah dan tak berguna hanya karena mereka bergantung kepada hasil pekerjaan kaum pria, maka untuk membuktikannya wanita menuntut hak yang sama atas pria karena mereka menganggap wanita sama ‘bisa’nya dengan pria.

Namun di Negara-negara lain masih terlihat adanya perbedaan jauh antara derajat pria dan wanita, terutama di Negara-negara yang religious, karena umumnya kitab-kitab suci mengatakan bahwa derajat wanita itu dibawah derajat pria.

Faktor-faktor penghambat dalam menegakkan kemitra-sejajaran pria-wanita

1). budaya internasional yang berabad-abad menegaskan, bahwa wanita hanya pelengkap dari pria, yang dilegitimasi oleh Kitab Suci dari pelbagai Agama

2). budaya feodalisme-patriarkal yang mengakar kuat: wanita adalah kelas dua

3). budaya mematok isteri hanya pada urusan: rumah tangga, memasak, mengandung, melahirkan, memelihara anak dan melayani suami

4). budaya mematok gaji wanita lebih rendah daripada pria

5). budaya memudahkan menceraikan wanita secara sepihak

6). budaya kemudahan memvonis wanita sebagai mandul dalam masalah keluarga tidak memiliki anak

No comments:

Post a Comment