Perkembangan Para Pemuda Generasi Sekarang
Pemuda adalah sekelompok orang yang memiliki jalan fikir berbeda dan selalu memasukkan kreativitas dalam pemikirannya. karena pemikiran yang seperti itu pemuda selalu masuk dalam suatu masalah karena tidak bisa berfikir jauh saat melakukan suatu pekerjaan.
Layaknya manusia biasa pemuda memiliki masalahnya sendiri, masalah yang biasa di dapatnya tidak jauh dari cara mereka bersosialisasi dan bekerja. kurangnya kemandirian, beban psikolog yang rumit dan ketidak bisaan menerima sesuatu yang baru menjadi masalah penting yang harus di selesaikan secara cepat agar para pemuda mampu menjadi generasi yang di harapkan bangsa.
Sebenarnya masalah pemuda memiliki kaitan erat dengan politik, ekonomi, sosial, budaya dan jika demikian maka masalah pemuda adalah masalah hak kemanusiaan. Dan jika demikian, hal ini merupakan inti terpenting dari masalah eksistensi sosial manusia dalam realitas sejarah, dan hal inilah menjadi syarat terpenting bagi interaksi sosial juga berkaitan dengan penciptaan dan peran serta aktif manusia. Dengan demikian, pemuda sebagai manusia harus eksis dan berhak dalam berbagai aspek kehidupan politik, sosial, ekonomi, budaya tanpa ada perkecualian seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahsa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.
Selain itu, para pemuda masa kini memiliki beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Adapun cara terbaik dalam menanggulangi bebarapa permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menerima kondisi fisik dan menggunakan tubuh secara efektif.
mencoba menerima bentuk dan kondisi fisiknya sendiri serta berusaha menjaga dan meraawatnya, juga tidak melakukan hal yang belum seharusnya dilakukan.
2) Dapat menjalin hubungan yang baru dan lebih matang baik dengan teman sejenis atau lawan jenis.
belajar untuk bersosialisasi dengan banyak orang tanpa mengenal gender atau bahkan umur, dan berusaha menjaga hubungan tersebut tetap sehat tanpa permasalahan atau konflik.
Terlepas dari segala permasalahannya pemuda/remaja mempunyai peran sebagai pendekar intelektual dan sebagai pendekar social yaitu bahwa para pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan sebagai perubah Negara dan bangsa ini.
SOSIALISASI
Sosialisasi adalah salah satu cara manusia dalam berkomunikasi satu sama lain yang bertujuan untuk saling mengenal masing-masing karakteristik.
Tipe Sosialisasi
Agar sosialisasi dapat berjalan lancar, tertib dan berlangsung terus menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi yaitu formal dan informasi.
a. Formal, sosialisasi ini terbentuk melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat.
b. Informal, sosialisasi ini terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan.
Jenis Sosialisasi
a. Sosialisasi Primer
Yakni Sosialisasi pertama (dini) yang diterima oleh seseorang dari linngkungan keluarganya.
b. Sosialisasi Sekunder
Merupakan kelanjutan dari sosialisasi primer.
Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi merupakan fihak-fihak yang melaksanakan sosialisasi. Mereka adalah :
1. Keluarga
Peran agen sosialisasi pada tahap awal yaitu keluarga, sangat penting. Banyak ahli berpendapat bahwa kemampuan-kemampuan tertentu hanya dapat diajarkan pada periode tertentu saja dalam perkembangan fisik seseorang, artinya proses sosialisasi akan gagal bilamana dilaksanakan terlambat ataupun terlalu dini.
Agen sosialisasi keluarga terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Pada sistem keluarga luas agen sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak dan dapat mencakup nenek, kakek, paman bibi, dan sebagainya.
Arti penting agen sosialisasi pertama terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Untuk dapat berinteraksi dengan significant onthers pada tahap ini seorang bayi belajar berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, di mana ia berkomunikasi tidak saja melalui pendengaran dan penglihatan tetapi juga melalui pancaindera lain, terutama sentuhan fisik.
2. Teman bermain
Teman bermain terdiri atas kerabat, tetangga, atau teman sekolah. Pada agen ini seorang anak mulai belajar meibatkan dirinya dengan orang yang sederajat atau sebaya. Pada tahap ini seorang anak memasuki game stage-mempelajari aturan yang mengatur peran orang yang kedudukannya sederajad. Dalam kelompok bermain pula seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan.
3. Sekolah
Dalam agen ini seorang mempelajari beberapa hal baru. Sekolah mempersiapkan untuk penguasaan peran-peran baru di kemudian hari, di kala seseorang tidak tergantung lagi pada oerang tuanya. Menurut Robert Dreben (dalam Sunarto, 2004:25) selain mengajarkan membaca, menulis, berhitung sekolah juga mengajarkan kemandirian (indepence), prestasi (achievement), universalisme (universalism), dan spesifisitas (spesificity).
4. Media Massa
Media massa terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah), dan media elektronik (radio, televisi) diidentifikasi sebagai agen sosialisasi yang berpengaruh pada perilaku khalayaknya. Kemajuan teknologi memungkinkan peningkatan kaulitas pesan serta peningkatan frekuensi terpaan pada masyarakat sehingga memberi peluang pada media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting.
Pesan-pesan yang ditayangkan bisa mengarahkan khalayak pada perilaku prososial (yang cenderung ke arah baik) dan perilaku antisosial (cenderung ke aras perilaku buruk). Beberapa penayangan adegan kekerasan, pornografi dikhawatirkan bisa meningkatkan perilaku anti sosial seperti kejahatan meningkat, pelanggaran susila dsb.
Pola Sosialisasi
Secara singkat bisa dikatakan menurut Jaeger (dalam Sunarto, 2004:31) bahwa sosialisasi bisa dilakukan melalui cara :
1. Sosialisasi represif (repressive socialization)
Sosialisasi ini menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Cara ini memeiliki ciri penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada keinginan orang tua.
2. Sosialisasi Partisipatori (partisipatory socialization)
Dalam pola ini anak diberi imbalan manakala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting.
No comments:
Post a Comment